Cat & Dog: Cuteness & Intelligent Level
Kita semua tahu bahwa anjing dan kucing adalah hewan yang paling banyak dipilih oleh umat manusia untuk dipelihara. Hal yang kita tidak ketahui adalah kok bisa sih kucing dan anjing se-uwu itu? Apakah dari dulu genus Felis dan Canis memang berperilaku semacam itu? Artikel ini dibuat setelah saya dan seorang teman melakukan percakapan singkat yang membuat saya tertrigger. Pertanyaan itu cukup sederhana,
“Mengapa anjing lebih pandai tetapi kucing lebih lucu?”
Jika kita memahami kalimat diatas dengan logika dasar pemrograman, maka akan terdeteksi kesalahan syntax pada pertanyaan tersebut. Why? Kalimat tersebut mengandung dua perintah yang berlainan, pertanyaan sekaligus pembantahan. Skip ah, males bahas pemrograman karena saya lagi stuck di data structure Phyton dan itu bikin kesal. Gatal rasanya ingin saya berkata bahwa “weh anjing tuh cute banget lebih cute daripada kuchengg”, tapi tentu saja saya butuh argumen yang meyakinkan mengapa saya berpendapat demikian.
Bismillahirrahmanirrahim. Ehehe karena ini masuk ranah keilmuan saya, semoga ilmu ini tersampaikan sejelas-jelasnya dan karena suatu ilmu berdinamika, kesalahan pada artikel ini semoga dapat dimaklumi. Sip. Mari kita bahas tentang ‘Baby Schema Theory’. Kok ada baby baby segala? Konsep baby schema awalnya diusulkan sebagai sifat kekanak-kanakan dengan daya tarik tinggi bagi manusia, ditunjukkan untuk mendatangkan perilaku caretaking dan untuk mempengaruhi persepsi kelucuan dan perhatian. Pernah ga sih kalian berpikir bahwa ada bayi yang jelek? Of course none of them. Kita selalu berpikir bahwa baby is so hella cute. Istilah baby schema mengacu pada satu set fitur wajah (kepala besar dan wajah bulat, dahi tinggi dan menonjol, mata besar, dan hidung dan mulut kecil) umumnya ditemukan baik pada bayi manusia dan hewan. Coba kita kita lihat foto di bawah ini.
Visualisasi set fitur wajah manusia, anjing, dan kucing (Borgi dkk., 2014)
Berdasarkan eksperimen pengamatan gerakan mata para partisipan dengan melihat gambar beberapa spesies (manusia, anjing, dan kucing), menunjukkan baby schema memicu persepsi cuteness pada makhluk hidup yang lebih muda. Yaiyasih, banyak kan kejadian hewan yang lebih muda disayang pas udah gede dibuang. Sakiiitttt, cuy. Jadi jelas ya, sebetulnya bukan karena hewan itu uwu tapi memang persepsi kita yang membentuk bahwa objek/subjek tertentu itu uwu. Sekarang saya berani bilang bahwa anjing itu lebih uwuuuuuuuuuuu (pakai emoticon love love), ini bisa dibahas dalam ranah psikologi persepsi tapi bakal ga kelar-kelar artikelnya. So, next time, maybe? Ehehe. Perlu kalian tahu juga, pemilik hewan peliharaan menunjukkan perbedaan sifat kekanak-kanakan pada wajah daripada orang yang tidak memiliki hewan peliharaan. Gampangnya, konsep ‘cuteness’ tidak hanya mencakup evaluasi sifat morfologi tertentu (level kelucuan, preferensi, daya tarik), tetapi juga melibatkan respon perilaku positif/sayang (respon lucu). Pantesan yaaa kalau kita sering nge-uwu-uwu-in orang, otomatis kita jadi uwuuuu. Patut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari nih, tips mudah menjadi uwu asal gak lebay aja yah.
Masih ada satu lagi nih pertanyaan yang belum terjawab, anjing vs kucing lebih pintar mana? Kalian pasti tahu cerebral cortex, bukan? Bagian terbesar otak, pusat intelegensi dan pikiran pada mamalia. Boleh nih kalau ada manusia yang ndak bisa mikir kita sebut secara spesifik wong-wongan nggak duwe cerebral cortex! Biar misuhnya ilmiah dan elegan ngunu. Selama masa evolusi, ada kejadian dramatis gaes, jadi perluasan area permukaan cortex ini disebabkan ukuran otak meningkat pesat tapi ketebalan cortex cuma naik dikiiiit aja. Penambahan volume cortex biasanya diikuti penurunan Neuronal Pack Density alias NPD. NPD buat apa sih? Ibaranya kalau situ lagi ada di suatu tempat mau ke tempat lain, nah tempat itu diibaratkan NPD dan jarak antar kedua tempat namanya Interneural Distance. Ngaruhnya? Semakin banyak NPD, semakin rapat jarak antar kedua neuron, neuron ini ibaratnya pusat kota, pusat segala hiruk pikuk pengetahuan. Nah kalau NPD rapat, maka kecepatan informasi akan lebih mudah dihantarkan oleh axon melewati interneural distance. Tapi nih, sayangnya kecerdasan lebih dipengaruhi oleh jumlah neuron. Jadi kalau situ punya NPD yang banyak tapi neuronnya sedikit, situ bisa dibilang sumbu pendek! Karena cepat memproses tapi ndak dipikir, so good kan analoginya.
Kucing punya berat otak yang lebih kecil dengan NPD yang lebih tinggi, sedangkan anjing memiliki berat otak yang lebih besar dengan NPD yang lebih rendah daripada kucing. Meskipun ngunu, anjing memiliki jumlah neuron dua kali lebih banyak (300-500 juta sel) dari pada kucing (160-250 juta sel). Jadi paham kenapa anjing lebih pintar? Karena jumlah neuronnya lebih banyak! Paham kenapa kucing suka malas-malasan? NPD nya banyak informasi cepat dihantarkan tapi karena neuronnya sedikit jadi malas lah buat ngikutin kemauan situ, mending rebahan, enak toh.
Daftar Pustaka
Borgi, M., Cogliati-Dezza, I., Brelsford, V., Meints, K., Cirulli, F. 2014. Baby Schema in Human and Animal Faces Induces Cuteness Perception and Gaze Allocation in Children. Frontiers in Psychology Vol 55: 411.
Dicke, U., dan Roth, G. 2016. Neuronal Factors Determining High Intelligence. Phil. Trans. R. Soc. B 371.