Human Deep-mind Perspective

Eternal Traveler. Let's travel to our mind. Let's dive to our soul. Let me answer your question.

Mere Love Exposure to Quantum Physics

 

 

Foto credit : https://www.pri.org/stories/2017-07-25/love-quantum-physics-and-entanglement

 

 

Pernah gak sih kamu ngerasain ketertarikan yang semakin lama semakin kuat dari subjek/objek yang dalam jangka waktu cukup lama berada di sekitarmu? Dalam arti lain, pernahkah kamu terpapar subjek/objek yang mengubah persepsimu? Ga usah ngeles ya, sedetik dua detik pasti pernah kepikiran kan, apalagi kalau yang sering terpapar dengan dirimu itu seorang manusia. Ups, here we go. We gonna talk about sensitive things, human – and their feeling. But this time, I will convert it into something more scientific called ‘quantum physics’. Hehe kok bisa kepikiran?

 

Pertama-tama, kebingungan sama judul ini? Mere love exposure seems unfamiliar but believe me, ini terjadi hampir di setiap kisah cinta baik yang romantis maupun yang kandas tanpa ada kepastian ehehe. Ah, jangan kaget ini bukan serta-merta soal cinta-cintaan. Ini juga terjadi antara kamu dan hewan kesayanganmu! Paparan yang berulang dapat meningkatkan perasaan ‘tertarik’ subjek yang diberi stimulus tertentu. Jelasnya, subjek/objek yang ditemui lebih sering tampaknya mendatangkan perasaan tertarik, meskipun hanya sedikit atau tidak ada interaksi sosial benar-benar terjadi saat itu. Dalam kata lain, inituh kita lagi bahas ‘witing tresna jalaran saka kulina’ dengan gaya modern ya bambang, get it? Kenapa dibikin ribet istilahnya? Ya karena ini teori psikologi yang masuk ranah saintifik bukan lagi masuk ranah ‘petuah Jawa’.

 

Habis ini kita bakal bahas sesuatu yang lebih rumit, jadi siapin diri dan cemilan ya siapa tau lapar pas mikirin ini apalagi kalau terjadi ke kalian. Hehe. Kalau kalian berharap diakhir tulisan ini ada saran, saya ingin memupuskan harapanmu karena tidak ada sama sekali petuah yang bagus dari artikel ini. Mari kita berpikir, saran terbaik selalu datang dari dirimu sendiri, orang lain hanya membantu mengenali dirimu sendiri. Anjr, kok malah mulai ceramah. Mari kita mulai biar artikel ini gak kepanjangan.

 

Secara khusus, exposure dapat meningkatkan kesamaan antara yang dirasakan orang lain dengan diri kita sendiri. Kok bisa? Menurut Prinsip Ketidakpastian Heisenberg, sek sek Heisenberg itu siapa sih? Kalau belum kenalan, yok aku kenalin abang Werner Heisenberg. Beliau lahir tahun 1901, seorang fisikawan peraih nobel fisika tahun 1932, si jenius ahli fisika quantum dalam teori-teori sub-atom! Menurutnya, benda seperti koin, “memiliki” dua sisi dan hasil dari mengamati salah satu sisi sama sekali tidak mengubah koin, hanya pengetahuan kita tentang koin. Maksudnya gimana sih? Manusia sama seperti koin bahkan lebih luar biasa dari itu. Koin hanya punya dua sisi, kita manusia mungkin punya ratusan sisi yang hanya kita perlihatkan pada orang tertentu. Ibaratnya, menurut abang Heisenberg lagi ya, objek yang diamati dapat berupa partikel atom, molekul, atau subatomik, tindakan pengamatan yang kita lakukan tidak hanya mengubah probabilitas, tetapi juga mengubah objek itu sendiri. Yak, udah pusing belum?

 

Jadi begini, pada saat pertama kali bertemu seseorang kita hanya ingin tahu sisi yang ingin kita amati betul? Apakah pengetahuan kita tentang orang tersebut mengubah dia? Tidak sama sekali, dengan kita mengetahui sesuatu dalam diri seseorang tidak mengubah apapun tentang orang tersebut. Namun, perlu digarisbawahi ya, tindakan yang kita lakukan terhadap pengamatan dan pengetahuan yang kita ketahui dari orang tersebut akan mengubahnya! Yep, gini contohnya jangan dipraktekin ya ladies and gentlemen. Misalnya, si A orangnya begitu cuek dan cool, dan kamu tau tentang itu. Kamu tidak tahu bahwa dia sangat mudah luluh bila seseorang memperhatikan hal-hal kecil tentangnya. Tebak apa yang mau kamu lakukan? Hanya sekedar tahu bahwa dia itu cuek? Bodo amat? Ataukah kamu mengambil langkah untuk memberi perhatian padanya? Kalau kamu mengambil langkah terakhir, bersiaplah itu akan mengubah orang tersebut dan tentunya mengubah persepsimu! Slowly, slowly mere love exposure will hit you both. Ehehe kok kesannya serem ya.

 

Kita semua perlu tahu bahwa ada ikatan spiritual yang terjadi antara segala sesuatu di alam semesta dan bahwa kita semua adalah bagian dari kecerdasan Ilahi. Menurut fisika kuantum, dunia fisik dan kenyataannya itu hanya ‘subjek yang teramati’. Tubuh dan realitas diciptakan melalui pengalaman di dunia dalam berbagai manifestasi dimensi. Dalam keadaan penting (atom atau sub-kuantum mikrokosmik), kondisi yang sesungguhnya tubuh terbuat dari energi dan informasi, bukan materi padat, yang timbul dari energi dan informasi tak berujung mencakup seluruh penciptaan alam semesta. Hubungannya sama mere love exposure, bambang? Kuncinya ada pada energi dan informasi, catat ya! Frekuensi paparan meningkat apabila kita terus menerus mendapatkan informasi tentang satu subjek dalam jangka waktu tertentu dan tetap konstan bila mendapatkan infromasi mengenai subjek yang berbeda-beda. Artinya, seorang manusia akan menyimpan salinan infromasi dan menerima energi yang serupa dengan manusia yang sering kita temui sehari-hari. Yaiyalah, kalau kamu ketemu pacar setiap hari kamu gak hanya menyimpan informasi soal makanan kesukaanya tetapi juga perasaan bahwa dia sedang selingkuh meningkat tajam kan? Itu karena kamu menyimpan sebagian informasi dan energi yang dia punya, sebagian dirinya ada dalam dirimu, sebagian dirimu ada di dalam dirinya. Ugh, so sweet. It’s so called familiarity.

 

Efek exposure memainkan peran yang lebih luas dalam persepsi orang daripada yang dicurigai sebelumnya. Exposure dari orang lain maupun hewan kesayangan meningkatkan kesamaan yang dirasakan serta hal-hal yang disukai, dan bisa kamu bayangkan akan mempengaruhi banyak penilaian sosial lainnya yang berhubungan dengan daya tarik interpersonal. Sungguh rumit ya alasan kenapa ada pepatah ‘witing tresna jalaran saka kulina’ ini. Berhubung saya sendiri bukan ahli fisika, rasanya kurang ahli membahas lebih jauh tentang fisika kuantum. Kita akhiri saja ya, lagipula ini sudah jam makan siang! Saya jadi ingat hari ini menu makan siangnya terong, setelah masuk kuliah saya sering sekali memakan terong padahal sebelumnya tidak suka. See, mere love exposure affects us in every matters. I love terong karena cintaku kepada terong ‘witing tresna jalaran saka kulina’. Sekian dari saya, semoga kamu bisa memahami dia seperti kamu memahami cara kerja fisika kuantum. Ehehe.

 

Daftar Pustaka :

Moreland, R. L. 1982. Exposure Effects In Person Perception: Familiarity, Similarity, and Attraction. Journal of Experimental Social Psychology 18, 395-415

Valverde, R. 2016. Possible Role of Quantum Physics in Transpersonal & Metaphysical Psychology Journal of Consciousness Exploration & Research Volume 7: Issue 4 | pp. 303-309

Wolf, F. 1985. The Quantum Physics of Consciousness: Towards a New Psychology. Integr. Psychiatry 3:235